Senin, 24 Oktober 2011

News 23-10-2011 Marco Simoncelli

AFP Marco Simoncelli (kiri), ketika bertarung ketat dengan pebalap Rizla Suzuki, Alvaro Bautista, pada awal lomba GP Malaysia, Minggu (23/10/11). Ini adalah awal pertarungannya yang berakhir dengan kecelakaan tragis di lap kedua Tikungan 11.
KOMPAS.com - Kematian Marco Simoncelli akibat kecelakaan maut di Sirkuit Sepang, Malaysia, Minggu (23/10/11), memunculkan polemik soal keamanan dan keselamatan para pebalap. Tetapi wakil MotoGP soal keselamatan pebalap, Franco Uncini, mengatakan bahwa tidak akan ada perubahan soal tersebut, yang bisa mencegah kecelakaan seperti di Sepang, yang merenggut nyawa pebalap berusia 24 tahun itu.
Sayang, kita tak punya kuasa untuk mengubah nasib: ketika itu datang, tak ada yang bisa kita lakukan. Kita harus pasrah menerima apa yang datang, tak ada yang lain
-- Franco Uncini
Simoncelli mengalami cedera yang sangat serius pada kepala, leher, dan dada, akibat kecelakaan tragis pada lap kedua. Dia tergelincir, dan bersama motornya, "Supersic" meluncur ke jalur milik Colin Edwards dan Valentino Rossi, sehingga insiden maut tak terhindarkan. Balapan GP Malaysia pun dibatalkan.
Uncini, yang pernah mengalami koma setelah kecelakaan serupa menimpanya di GP Belanda tahun 1983 dalam kariernya sebagai pebalap, mengatakan bahwa tragedi memilukan itu tak bisa dicegah.
"Saya pikir, kami sudah berusaha melakukan yang terbaik untuk masalah keselamatan, dan kami sangat yakin," ujar Uncini kepada RAI Radio.
"Sayang, kita tak punya kuasa untuk mengubah nasib: ketika itu datang, tak ada yang bisa kita lakukan. Kita harus pasrah menerima apa yang datang, tak ada yang lain.
"Masalah keamanan sudah bagus di sana, karena sirkuit sempurna di dalam batas-batas keselamatan, sesuai permintaan kami.
"Apa yang terjadi adalah kecelakaan seperti kebanyakan, tetapi satu-satunya masalah adalah bahwa jarak motor antara satu dengan yang lain terlalu dekat, sehingga dua pebalap lain datang dan menghantam kepala dan leher Marco. Itulah yang membuat kecelakaan itu begitu dramatis."
Uncini pun memberikan rasa hormat kepada Simoncelli. Dia mengatakan bahwa mantan juara dunia kelas 250 cc tersebut sudah memberikan kontribusi penting kepada komisi keselamatan MotoGP.
"Selain merupakan seorang pebalap yang luar biasa, dia adalah karakter yang luar biasa, lucu, ramah, dan juga cerdas," katanya.
"Dia juga bagian dari komisi keselamatan. Ketika kami akan bertemu pada hari Jumat, bersama Valentino, dirinya sendiri, Loris Capirossi, Jorge Lorenzo, Dani Pedrosa, dia selalu sangat cerdas dengan selalu mengatakan hal-hal yang sangat masuk akal dan penting.
"Dia sangat konstruktif, bukan destruktif, dan sangat profesional. Dia sangat peduli untuk aspek keselamatan dan dia selalu hadir di pertemuan ini. Kali terakhir Jumat lalu, sebelum balapan."
Uncini menambahkan bahwa pada seri terakhir di Valencia, 6 November, akan didominasi kenangan kepada Simoncelli. Pasalnya, tak mungkin mereka bisa melupakan karakter seperti Simoncelli dalam waktu singkat.
"Balapan di Valencia akan menjadi waktunya untuk berkabung. Sejujurnya, saya bahkan tidak bisa membayangkan seperti apa balapan di Valencia. Akan menyakitkan untuk pergi ke sana dan menghabiskan akhir pekan di sana. Kita lihat saja nanti."
Sementara itu bos Dorna, Carmelo Ezpeleta, mengatakan bahwa dirinya nyaris tak bisa berbicara ketika tahu Simoncelli meninggal dunia. Maka, ketika ditanya Gazzetta dello Sport, Ezpeleta hanya menjelaskan secara singkat.
"Saya melihatnya pada hari Sabtu malam di hotel, dia sedang bermain kartu dan tertawa gembira. Yang tersisa hanyalah sedikit kata-kata. Anda berada di grid, anda melihat para pebalap, dan 10 menit kemudian anda mati. Itu mengerikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar